Jumat, 25 September 2015

Agama dan kebudayaan Buddha



Agama dan kebudayaan Buddha
                Sama halnya dengan agama Hindu., agama Buddha pertama kali tumbuh di india, tepatnya di India bagian timur laut sekitar tahun 500 SM. Agama ini berdasarkan pada ajaran Siddharta Gautama yang dikenal sebagai Buddha atau seseorang yang telah mendapat pencerahan.
                Agama Buddha muncul sebagai reaksi terhadap dominasi golongan Brahmana atas ajaran dan ritual keagamaan dalam masyarakat India. Menurut ajaran Buddha, kesempurnaan (nirwana) dpat dicapai setiap orang tanpa harus melalui bantuan pendeta atau kaum Brahmana.Setiap orang mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk mencapai kesempurnaan tersebut, asalkan ia mampu mengendalikan dirinya shingga terbebas dari smasara ( roda kelahiran dan kematian).
                Keseluruhan ajaran Buddha kemudian di bukukan dalam kitab Tripitaka. Kitab ini terdiri atas tiga kumpulan tulisa, yakni Sutta (suttnata) Pitaka, vinaya Pitaka, dan Abhidharma pitaka. Sutta pitaka berisi kumpulan khotbah. Vinaya pitaka merupakan aturan-aturan yang berkenaan dengan kehidupan pendeta. Abhidarma pitaka berisi filosof, psikologi, klasifikasi, dan sistemasi doktrin. Dalam perkembangannya, agama Buddha pecah menjadi dua aliran, yaitu aliran hinayana dan mahayana. Aliran Hinayana mengajarkan bahwa untuk mencapai nirwana sangat tergantung pada usaha diri mwlakukan meditasi.sementara itu, lairan Mahayana mengajarkan bahwa untuk mncapai nirwana, setiap orang harus mengembangkan kebijaksanaan, dan sifat welas asih (belas kasih).
                Perkembangan agama Buddha di India mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Raja Ashoka dari Dynasti Maurya (274-232 SM). Pada pemerintahannya, Raja Ashoka menetapkan Agama Buddha sebagai agama resmi negara.
                Agam Buddha kemudian dengan cepat berkembang dan diterima oleh masyarakat India. Hal ini terutama disebabkan oleh bahasa yang digunakan Buddha untuk menyampaikan siarannya, yaitu Bahasa Praktis. Bahasa Praktis adalah bahasa rakyat sehari-hari, bukan bahas sansekerta yang anya dimengerti oleh kaum Brahmana. Selain itu, agama Buddha bersifat non-eksklusif. Aritnya, agama Buddha bisa di terima siapa saja dan tidak mengenal pembagian masyarakat atas kasta-kasta. Agama Buddha juga tidak mengenal prbedaan hak antara pria dan wanita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar